Mendaki gunung adalah aktivitas yang menantang sekaligus menyegarkan. Keindahan alam dari puncak gunung memang menggoda siapa saja untuk menaklukkannya. Namun, ada satu ancaman serius yang sering diabaikan oleh pendaki, terutama pemula: hipotermia. Bahaya ini dapat mengancam keselamatan bahkan nyawa jika tidak ditangani dengan tepat.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai apa itu hipotermia, bagaimana gejalanya muncul saat mendaki, penyebab umum, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh para pendaki.
Apa Itu Hipotermia?
Hipotermia adalah kondisi medis yang terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun drastis di bawah 35°C. Dalam kondisi normal, tubuh manusia menjaga suhu sekitar 36,5°C hingga 37,5°C. Saat tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tersebut, fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru, dan otak bisa terganggu.
Di lingkungan pegunungan, suhu udara yang rendah, angin kencang, dan kondisi tubuh yang kelelahan bisa mempercepat penurunan suhu tubuh. Ini menjadikan hipotermia sebagai salah satu risiko utama dalam pendakian.
Gejala Hipotermia Saat Mendaki
Mengenali gejala hipotermia sejak dini sangat penting. Berikut adalah beberapa tanda yang umum muncul:
-
Menggigil terus-menerus
-
Kulit terasa dingin dan pucat
-
Bicara mulai tidak jelas atau melantur
-
Gerakan tubuh melambat
-
Sulit berpikir jernih atau merasa mengantuk berlebihan
-
Kehilangan koordinasi tubuh
-
Detak jantung dan napas melambat
Jika gejala tersebut muncul, pendaki harus segera mengambil tindakan karena kondisi bisa memburuk dengan cepat.
Penyebab Hipotermia di Gunung
Beberapa faktor yang memicu hipotermia saat mendaki antara lain:
-
Suhu Udara Dingin
Semakin tinggi suatu gunung, semakin rendah suhu udaranya. Bahkan di musim kemarau, suhu malam hari bisa turun hingga di bawah 10°C atau bahkan minus. -
Pakaian Tidak Sesuai
Mengenakan pakaian tipis, basah, atau tidak tahan angin bisa mempercepat hilangnya panas tubuh. -
Kelelahan Fisik
Tubuh yang lelah akan kesulitan mempertahankan suhu normal karena metabolisme melambat. -
Angin Kencang dan Hujan
Paparan angin dingin dan air hujan membuat tubuh kehilangan panas lebih cepat melalui evaporasi. -
Kurangnya Asupan Makanan dan Air
Kalori dan cairan dibutuhkan untuk menghasilkan panas tubuh. Tanpa itu, tubuh mudah kehilangan energi dan menurun suhunya.
Tips Mencegah Hipotermia Saat Pendakian
Agar tetap aman saat mendaki gunung dan terhindar dari hipotermia, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Gunakan Pakaian Berlapis
Kenakan pakaian dalam, lapisan tengah untuk insulasi (seperti fleece), dan lapisan luar tahan angin atau air (jaket windproof/rainproof). Hindari bahan katun karena menyerap air dan lama kering.
2. Jaga Tubuh Tetap Kering
Pakaian basah mempercepat penurunan suhu tubuh. Gunakan jas hujan saat hujan dan segera ganti pakaian jika basah.
3. Konsumsi Makanan dan Minuman Hangat
Bawa makanan tinggi kalori dan minuman hangat seperti teh atau jahe. Makanan memberi energi dan membantu tubuh memproduksi panas.
4. Istirahat Cukup
Tidur cukup saat bermalam di gunung, gunakan sleeping bag dan alas yang tebal agar tidak langsung menyentuh tanah dingin.
5. Perhatikan Teman Mendaki
Cek kondisi teman sesekali. Terkadang, penderita hipotermia tidak menyadari bahwa dirinya dalam bahaya.
6. Jangan Menunda Mengambil Tindakan
Jika seseorang menunjukkan gejala hipotermia, segera hangatkan tubuhnya, beri minuman hangat, dan cari tempat berlindung. Jika kondisi parah, hentikan pendakian dan cari bantuan secepatnya.
Kesimpulan
Hipotermia adalah ancaman nyata yang dapat menyerang siapa saja saat mendaki gunung, baik pemula maupun pendaki berpengalaman. Cuaca dingin, pakaian yang salah, hingga kelelahan bisa menjadi faktor pemicu. Namun, dengan persiapan matang, pakaian yang tepat, dan pemahaman tentang gejala serta pencegahannya, risiko hipotermia dapat diminimalkan.
Jadikan keselamatan sebagai prioritas utama dalam setiap pendakian. Pemandangan indah di puncak gunung akan terasa lebih berharga jika dicapai dengan tubuh sehat dan aman.